Senin, 03 Agustus 2015

#3KataMenjadiCerita : Lelaki, Pelangi, Hati


Lelaki itu tidak seperti biasa kelakuannya. Ia yang dikenal dengan julukan 'kutu buku', kini tidak lagi suka membaca buku dan menulis sembari menyeruput secangkir kopi. Beberapa hari terakhir setelah kepergian ibunya untuk selamanya, kegiatan ia dari pagi hingga terbenamnya matahari hanyalah berada di sisi kamar, menunduk, kemudian menangis. Mbak yang sedari tadi mengetuk pintu untuk memberikan makan kepada Dimas, tidak mendapat respon apapun. Bahkan hingga tangannya biru. Membengkak.

Dimas yang biasanya selalu berpakaian rapih, kini penampilannya bak orang stress yang suka keliling komplek. Sifatnya bertambah aneh. Setiap orang yang mendekatinya, dijauhi dengan sejauh-jauhnya. Bahkan ayahnya sendiri.

Naskah novel yang sudah ia tulis puluhan halaman, harus berhenti di tengah jalan. Deadline yang ia buat, dilanggar pula oleh dirinya sendiri. Padahal beberapa kali sang kakak menasehati bahwa menulis bisa lebih menenangkan dirinya. Bahwa menulis ketika sedang terpuruk akan menjadi tulisan yang bagus. Namun usahanya sia-sia. Adik semata wayangnya itu tidak mendengarkan seruannya.

"Sabar ya, Kak Dimas. Aku turut berbelasungkawa." Sebuah notifikasi muncul di ponsel pintar milik Dimas.

Ia membacanya dengan tangan gemetar, lalu menghapus air matanya. Dimas yang sedari tadi hanya menangis tersedu-sedu, perlahan berusaha menegakkan badannya. Sekarang ia percaya bahwa selalu ada pelangi setelah hujan. Adalah Rani, sang pengirim pesan singkat. Mahasiswa baru yang ditaksir olehnya. Rani yang mengenakan hijab serta selalu tampil sederhana, adalah alasan mengapa ia terpukau.

Semangat Dimas bangkit kembali. Ia menyalakan laptop, lalu membuka draft tulisan yang belum rampung. Bersama dengan kenyataan pahit yang cukup menimpa dirinya selama berhari-hari, hati, pikiran, dan jemarinya mulai bersatu. Menciptakan sebuah tulisan yang siap membuat pembaca ikut merasakan haru.

"Kalimat sederhana dari seseorang yang spesial, jauh lebih bermakna dibandingkan kata-kata yang dirangkai oleh seorang pujangga." - Irfan Alharits (lagi bener)

10 komentar:

  1. uwoooo keren nih quotenya.. hahaha memang lebih bermakna soalnya dri penenang hati :),, daripada pujangga yang tidak spesial~

    BalasHapus
    Balasan
    1. mantaf lahh bang irfan.... :D kaga sia" gua jadi temen lu :D

      Hapus
  2. Gue kirain ini ceritanya bakal panjang, ternyata singkat tapi pas. Gue setuju nih, kadang kalo yang udah sering ngomong puitis pas dia ngomong orang udah ngerasa itu biasa. Beda halnya sama orang yang memang bener-bener kita harapin :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. tumben komentar lu bener, dev. X)))

      Hapus
    2. Ahh, aku hanya beradaptasi :(

      Hapus
  3. Assalamualaikum,.
    Hnya numpang follow sob, follow sukses,.
    Di tnggu khdirannya
    http://alafasy21.blogspot.com

    BalasHapus
  4. Yaaahhh, udahan. Cepet amat gue bacanya. Hmm, kalo dipanjangin lagi makin kece nih. :D

    Wih, keren ada kutipannya. :))
    Kalo nulis juga lebih baik kata-kata sederhana yang mempunyai makna. Daripada kata-kata indah yang sulit dicerna. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakakak yoi. Lagi iseng aja bikin cerpen ini :D

      Hapus

Terima kasih udah baca tulisan gue. Silakan komentar yang sesuai dengan isi postingan yang tadi kamu udah baca. Jangan ninggalin link, tenang aja pasti bakal dapet feedback dari gue kok. Happy Blogging!

- Irfan Alharits (@irfanalharits)