Sabtu, 22 November 2025

ada hangat yang mulai redup

ia sesap secangkir kopi hitam tanpa gula, bersamaan dengan ramainya pertanyaan. setengah tenang ia mencerna segala yang terjadi belakangan. mengurai apa-apa yang mengganggu dari dalam. banyak berkaca, tertunduk kepalanya. ada beberapa prasangka yang ditelan sendiri dan mungkin memang seharusnya begitu.

banyak kalimat kecil yang saat itu terasa hangat, tidak lagi dirasakannya. ia menjadi lebih sering memendam dan menebak, karena setiap ucap bisa menjadi pedang tanpa tuan yang membabibuta tertancap di seluruh tubuh, meski bukan itu maksudnya.

lalu ia belajar hal baru; diam. bukan menyerah, tapi rasa lelah bisa menyerang siapa saja. pun jarak yang perlahan tumbuh tanpa pernah dibicarakan. ia kehilangan tempat untuk pulang. lengkap dengan seluruh perhatian.

di sela keheningan, ia menyadari bahwa perubahan bukan selalu hal buruk, kadang hanya tanda bahwa seseorang sedang kewalahan dengan kehidupannya. bukan berarti menghapus perih, tetap ada bagian di dirinya yang merindukan kehangatan sederhana, sebagai tanda kehadirannya tidak dilupakan.

pencarian jawaban mulai ia lakukan. mungkin bukan siapa yang salah dan berubah lebih dulu, tapi mungkin sepasang sepatu yang langkahnya mulai tidak bersamaan. di tengah perjalanan itu, ia menerima kenyataan bahwa hati tidak selalu stabil, prioritas bisa bergeser tanpa tujuan menyakiti.

maka yang tersisa hanyalah ruang untuk bertanya pada diri sendiri; apakah ia masih sanggup merawat dengan tenang, atau justru perlu memberi jarak agar keduanya bisa kembali melihat satu sama lain lebih jernih.


#np kunto aji - jernih

0 Komentar:

Posting Komentar

Terima kasih udah baca tulisan gue. Silakan komentar yang sesuai dengan isi postingan yang tadi kamu udah baca. Jangan ninggalin link, tenang aja pasti bakal dapet feedback dari gue kok. Happy Blogging!

- Irfan Alharits (@irfanalharits)