Minggu, 28 Januari 2024

Saya Menyebutnya Takdir

Tahun lalu bisa disebut sebagai tahun terberat dalam hidup saya karena ditinggalkan banyak orang terdekat. Kakak menikah, orang tua pindah dan menetap di kampung halaman, adik ngekost karena lebih dekat dengan tempat kerjanya, dan dikhianati oleh pasangan yang kala itu mengisi setengah saya. Fokus terhadap keluarga jadi teralihkan.

Berusaha mengobati luka yang saya tidak tahu apa obatnya. Menggerogoti hati dan pikiran yang berujung menurunnya berat badan karena stres berlebih. Melewati berbagai fase kesedihan dengan tertatih-tatih dan menguras banyak air mata, mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul di kepala perihal kurangnya diri. Hidup berantakan, pekerjaan terabaikan.

Melakukan tindak tanduk bodoh sebagai pelampiasan ketika sedang teringat kejadian menyakitkan dan mencari validasi kalau sebenarnya saya juga bisa menjadi seperti apa yang dia lakukan. Saya benar-benar kehilangan diri saya sendiri.

Menelan pahit kenyataan bahwa apa yang selama ini diperjuangkan berakhir sia-sia dan semua yang dikorbankan ternyata tidak bisa menjamin seseorang akan bertahan lama. Ini bukan penyesalan, tapi bentuk kekecewaan atas hubungan 7 tahun yang selesai dengan tidak menyenangkan dan tidak baik-baik saja.

Seiring berjalannya waktu, luka mulai pulih. Menyadari yang dibutuhkan adalah rasa ikhlas. Pun jika muncul benci adalah hal wajar. Belajar menerima kalau manusia pasti akan berubah, entah kapan dan apa penyebabnya. Tidak bisa ditebak.

Apakah ikhlas semudah itu? Enggak. Susah.

Butuh proses untuk benar-benar merelakan apa yang tidak seharusnya saya relakan. Mendoktrin pikiran kalau tidak ada dia, saya tetap bisa bahagia. Perlahan memaafkan, berdamai dengan keadaan, dan akhirnya saya sampai di titik tertinggi mencintai; melepasnya.

Saya ingat betul bagaimana rasanya ketika semuanya telah berhasil dilalui. Gairah melanjutkan hidup datang kembali setelah sekian lama mati. Tawa mulai tercipta, suasana hati tenang, dan semangat kerja membara demi membeli helikopter. Yang terakhir bercanda, tapi who knows?

Dari kejadian tersebut, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa apa yang sudah ditetapkan oleh Yang Maha, tidak akan melewati garis takdirnya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Terima kasih udah baca tulisan gue. Silakan komentar yang sesuai dengan isi postingan yang tadi kamu udah baca. Jangan ninggalin link, tenang aja pasti bakal dapet feedback dari gue kok. Happy Blogging!

- Irfan Alharits (@irfanalharits)